Kamis, 21 Desember 2017

Penulis Belia: SELAMAT HARI IBU MA..,

Penulis Belia: SELAMAT HARI IBU MA..,

SELAMAT HARI IBU MA..,

“Selamat hari ibu ma..,”bisik ku lembut ke telinga ibu yang terbaring lemah di kasur ber-alaskan sprei hijau. Ibu tidak menjawab sama sekali, hanya bunyi jejak kaki para perawat rumah sakit yang lalu lalang sedari tadi ku dengar.

Ibu sudah terbaring sejak januari lalu di rumah sakit, ibu mengalami sakit parah yang membuatnya koma hingga saat ini. Sebelum nya kemarin lalu aku dan kakak berseteru mengenai keadaan ibu yang semakin hari semakin kritis. Kakak tidak sanggup lagi untuk membiayai biaya pengobatan ibu, sedangkan aku yang sebagai karyawan swasta hanya bisa bantu sekedar saja.
“tabungan ku sudah habis habisan untuk biaya ibu, sheila juga harus bayar uang sekolah bulan ini, sudah 4 bulan dia menunggak, kakak sudah tidak bisa bantu biaya ibu lagi, sekrng keputusan kamu bagaimana?” jelas kakak dengan nada tajam. Aku tertunduk diam karna sempat mencela ucapannya yang menurutnya ibu harus di bawa pulang dan di rawat di rumah saja agar biayanya ringan.
“kak, aku juga bingung untuk ambil tindakan, kalau ibu di bawa pulang kemungkinan ibu tidak akan bisa selamat, itu sama saja kita melakukan “suntik mati”pada ibu. Apa kakak tega? Buat ibu loh kak” jawabku sayu
“loh.. kita kan bukan suntik mati, suntik mati artinya kita suruh dokter atau tim medis suntik mati mama. Ini kan kita bawa ke rumah,soal persoalan nanti terserah. Kita urus di rumah,” jawab kakak masih bernada tinggi.

Aku masih bingung dan terdiam, kakak juga tidak akan tega melakukan hal keji untuk mama. Dia hanya sangat bingung sekali untuk menghadapi keadaan sekarang. Kakak punya keluarga yang harus di beri biaya hidup, sedangkn aku hanya punya penghasilan pas2an saja. Aku hanya bisa memandangi ibu yang masih terbaring lemah.
Hari ini aku minta cuti ke kantor khusus untuk menemani ibu seharian di rumah sakit. Memang sudah ku rencanakan dari hari hari sebelumnya. Sebelum aku ke rumah sakit, tadi pagi subuh sekali aku memasak “ubi rebus goreng” kesukaan ibu. Teringat lah aku awal mula ku suguhkan ubi rebus gorengku pada ibu. Ini merupakan makan kesukaan ibu, dan katanya Cuma racikan ku saja yang membuat makanan kesukaan nya itu pas mantap di lidahnya.
“mah,cobain buatan ku. Kalo kurang enak, maklum yah ma, ade masih baru belajar” kata ku santai
“ enak de, belajar dri mana? Mama doyan nih,” sejak saat itu aku sering dimintai untuk memasak ubi rebus goreng buatan ku untuk cemilan nya sejenak.
Dan tiba tiba suara dokter mengejutkan ku dri agan ku tentang mama. “wah wangi sekali pak, bawa apa nih pagi pagi buat ibu?” tanya dokter kepadaku. “ubi goreng dok” jawabku singkat. Memang setiap pagi dokter akan selalu cek perkembangan ibu, namun hari ini aku tidak ingin menanyakan keadaan ibu. Aku hanya ingin bahagia bersama ibu, biar besok besok saja aku tanyakan perkembangan ibu. Setelah dokter berlalu,ku lanjutkan kembali mengenang peristiwa peristiwa penting tentang ibu.

Pernah sekali aku ikut lomba di sekolah. Seminggu sebelumnya aku sudah ingatkan ibu perihal lomba tersebut. Nah pagi subuh sekali aku sudah berangkat ke sekolah untuk persiapan lomba, saat itu ibu masih tertidur lelap, dalam hatiku tidak perlu di ingatkan lagi ke ibu, kan kemaren sudah di ingatkan pikirku sejenak. Menjelang lomba di mulai aku melirik kanan kiri,namun kehadiran ibu tidak ada. Aku jadi sedih dan marah. Ini kan hari penting untuk ku, masa ibu tidak ingat sih? Masa ibu tega sih? Masa ibu tidak peduli sih? Semua pikiran itu berputar di otakku, singkat cerita aku kalah dalam perlombaan tersebut. Sesampai di rumah aku kesal dan marah pada ibu, ku lihat ibu sedang memasak dengan rambut acak acakan, ibu menyapaku dan ku jawab dengan ketus.
“nak udah pulang? Kok cepat pulangnya? Kok tumben nak?” tanya ibu ramah.
“hari ini aku ikut lomba,tega amat mama ngak datang buat ngeliat ade lomba. Karna mama ade jadi kalah. Ade jadi ngak fokus. Ade jadi ngak semangat. Minggu lalu kan ade udh kasih tau mama, tega mama lupa gitu aja. Semua teman2 ade orang tuanya datang, semua pada ngeliatin anaknya lomba, Cuma mama yang ngak dateng, Cuma mama yang ngak peduli sama anaknya yang lagi lomba” jawabku ketus dan marah
Sejenak keadaan berubah hening dan sepi. Tiba tiba aku mendengar ibu tersendu sendu di dapur, ibu menangis sedih mendengar perkataan ku. Aku tersentak dan merasa sangat bersalah. Mampunya aku berkata kasar pada ibu hanya karna hal sepele seperti itu. Buru buru aku ke dapur dan kuliat ibu terduduk menangis,ku rangkul ibu dan meminta maaf,
“ bu, ade minta maaf, ade jahat sama ibu. Ade udah nyakitin hati ibu,maapin ade yah bu, ade kesal jadi hilang kendali,maapin ade bu” sahutku lembut sambil memeluk ibu
“ nak, ibu lupa hari ini kamu ada lomba. Ibu Cuma ingat hari ini kamu bagi rapot. Makanya ibu masak ayam goreng kesukaan kamu. Ibu yakin anak ibu pasti dapat rangking di sekolah, jadi ibu masakin makanan kesukaan kamu. Maapin ibu nak, ibu lupa”
Ternyata ibu terbalik mengigat tanggal. Setelah aku mengecek kalender yang tergantung di kamar ibu aku melihat ada bulatan kecil tertanda tulisan ibu. Tanggal 12 (ade bagi rapot sekolah), tanggal 21 (ade lomba di sekolah). Hari ini tanggal 12 dimana aku ikut lomba dan tanggal 21 waktunya bagi rapor sekolah. Mungkin karena ibu terburu buru, akhirnya ibu terbalik menandai tanggal. Karena tanggal 12 dan tanggal 21 bulan ini adalah hari penting untukku. Sejenak aku menangis dan menitik kan air mata. Ibu berusaha menyenagkan ku, kenapa aku tidak pernah bisa menyadari nya.
Banyak cerita tentang perjuangan ibu.

Ibu pernah terbangun di siang hari dan membentakku “de, kok malah masih nonton sih? Udah siang nih, buruan mandi, nanti telat ke sekolah” padahal itu sudah jam 4 sore. Ibu mengira dia terlambat bangun, dan kesiangan untuk membangun kan aku ke sekolah. Ibu cepat2 bergegas, menggulung rambut, menggeprek bawang putih untuk membuatkan ku nasi goreng. “ibu, tadi kan ade udh sekolah, ibu ngigau nih, ini kan udh jam 4 bu, hahahaha” aku terbahak melihat wajah ibu yang melongo terdiam keheranan.

Ibu pernah terserempet sepeda motor, karna menghindari jalanku dari parit jalanan.

Ibu pernah silap membawa belajaan orang karena membujukku terlebih dahulu dari tangisan ku karna tidak mau baju warna hitam, aku mau nya warna biru, akhirnya ibu mengambil baju pesanan orng yang sudah di pesan, dan ibu tidak tau, akhirnya ibu kena marah sama sales bajunya. “ibu jangan main ambil sembarangan, ini baju nya udh di pesen sama ibu yang sebelah sana” dan ibu hanya bisa terdiam membisu.

Ibu pernah ini...
Ibu pernah itu..
Ibu pernah begini..
Ibu pernah begitu...
Ibu rela begini, begitu
Banyak hal. Dan yang terpenting ibu selalu berjuang untuk kami anak anaknya.
Apa semua ibu akan melakukan apa saja untuk memperjuangkan anaknya? Apa semua seperti itu? Apa kebanyakan seperti itu? Apa ibu ku sama seperti ibu ibu yang lain?

Ada ibu yang harus mencuri cabe yang seharusnya menjadi hasil panen orang lain hanya untuk membeli anaknya seragam sekolah.

Ada ibu yang harus menjadi seorang PSK hanya untuk menghidupi anak anaknya.

Ada ibu yang harus copet untuk memenuhi kebutuhan anak anaknya
Banyak hal lagi, tapi apa mereka salah? Cara mereka salah, namun naluri mereka untuk memperjuangkan anak anaknya adalah hal yang luar biasa harus kita hargai.

Terlepas dari semua itu, aku masih melihat ibu terbujur lemas di kasur rumah sakit. Dalam hati aku berdoa semoga aku di kuatkan untuk memperjuangkan ibu tetap berada di rumah sakit. Aku diberi rezeki bertambah tambah untuk membiayai pengobatan ibu.

“Ibu, kembalilah pada kami. Aku dan kakak, juga menantu serta cucu mu. Kumohon ibu kembalilah. Siapa pun tidak bisa menggantikan ibu, tidak mungkin aku meminta untuk di lahirkan di rahim yang berbeda, aku hanya punya kesempat memiliki satu ibu seumur hidup ku, sebelum aku menyenangkan mu, ku mohon kembalilah ibu. Mungkin jarang sekali ibu mengeluh tentang sikap ku, ketidak pedulian ku, engkau hiraukan itu semua hanya untuk melihat sisi baik ku. Kumohon ibu kembali lah,aku rindu omelan ibu,aku rindu rangkulan ibu, aku rindu masakan ibu, aku rindu cerita ibu saat di telfon, aku rindu suara lirih ibu saat aku harus menelpon ibu tengah malam, aku rindu nasihat ibu, aku rindu ibu menyebut nama ku di doamu, aku rindu segala hal tentang ibu”

Aku menangis dan menangis menaantikan ibu terbangun dari tidurnya yang sudah sangat panjang. Aku melirik ke belakang ku ternyata kakak sudah berdiri sedari tadi di sana saat aku merengek agar ibu bangun dri koma nya. Kakak juga menangis dan memeluk ku. Kami bersama sama menggenggam tangan ibu. Kami akan terus berusaha dan berharap ibu akan kembali kepada kami sebelum ibu pergi ke pemiliknya yang sesungguhnya. Kami yakin kami akan bisa melalui masa sulit ini. Kami akan tetap memperjuangkan ibu di rumah sakit tanpa harus memikirkan biaya apapun. Kami yakin kami akan punya banyak rezeki karna kami hanya ingin berniat baik dan mengharapkan yang baik.
SELAMAT HARI IBU MA..
TERUNTUK MAMA TERSAYANG, IBU MERTUA, EDA EDA, SERTA SEMUA IBU IBU HEBAT YANG SUDAH MENJADI IBU YANG LUAR BIASA BAGI ANAK ANAKNYA. JANGAN PERNAH MENYERAH DENGAN KEADAAN APAPUN, KARENA KITA ADALAH SEORANG IBU.

Kamis, 30 Oktober 2014

Belum Ada Judul



Hari ini adalah hari yang ke-sekian kalinya aku menahan amarah, tangis, rasa jijik, rasa ingin membatah semuanya,
Perkataan itu, sikap itu, semuanya membuat ku semakin merasa mual dan memutahkan semua amarah di dalam diriku, aku tinggal bersama orang orang yang semakin hari semakin menanamkan dedam dalam jiwaku. Apa ini? Apa semua ini? Aku bahkan tidak lagi mengenal tawa manis, rasa pelukan hangat, sambutan hangat, semua yang seharusnya kudapatkan dari orang orang yang seharusnya memberi itu padaku.
Malam itu rasanya aku ingin angkat kaki dari “rumah” itu, aku memang seorang penganggur yang diberi makan oleh sanak saudaraku, tidak hanya diberi makan, di beri uang juga untuk perjalanan ke beberapa tempat yang harus kukunjungi. Maka dari itu, aku sering sekali dianggap “tidak tau diri” jika bersikap se-normal pikiranku.
“sudah numpang hidup, diberi uang, di omongin ini itu malah ngebantah, kadang ngak mikir dia itu siapa dirumah ini”
Memang lebih indah hidup dirumah sendiri daripada hidup sebagai orang yang tidak tau diri,

RUMAH ADALAH SURGA

                Aku membelai lembut dahi ayahku, ia terduduk dan menghirup udara sekelilingnya dengan sesuka hatinya. Ia sudah semakin menua dan tidak setampan dahulu,
“ambilkan ayah air,..
“mungkin pondasinya tidak akan roboh lagi, sudah ayah ganti dengan bambu yang baru, akan cukup bertahan lama untuk menahan atapnya”
“baik ayah, aku ambilkan air dulu ke dalam”
                Benar, rumahku memang seadanya, aku, ibu serta adik adikku dan ayah tinggal bersama di tengah ladang sewaan ayah dari pak haji pemilik yayasan sekolah dasar di kampungku, kami sudah berpuluh tahun menempati tanah ini dan berpuluh kali menggati pondasi rumah dengan bambu yang baru. Ayah dan ibu memang orang yang se-adanya, lemah lembut dan penuh kasih sayang. Kedua orang tuaku hanya tamat sekolah dasar, tapi mereka menanamkan moral dan etika yang amat baik padaku dan adik adikku. Dari sekian rumah yang aku jalani di kota, rumahku adalah surga terbaik yang aku tinggali selama aku hidup. Ini bukan masalah rumah dan pondasinya, namun berjuta damai yang kurasakan setiap aku kembali ke rumah pondasi bambu ini.
Ini hanya sebagian terkecil yang ada dalam rumahku, poin penting dalam cerita ini adalah bagaimana sebenarnya aku menyadari bahwa rumah ku adalah surga ter-indah yang aku miliki dalam hidupku,
Aku berasal dari desa, dan mencari nafkah di kota. Ayah bilang dikota lebih nikmat daripada harus tinggal bersamanya di desa dengan menatap bukit dan hamparan ladang di sekitar rumah surgaku. Akhirnya aku memutusan untuk mengelana ke kota dan mencari ilmu. Dalam pencarian itu, aku tinggal di beberapa tempat untuk sekedar menumpang hidup bahkan berkunjung ke rumah sanak saudaraku. Sebagian ada yang memperlakukan ku dengan sewajarnya, dan sebagian memperlakukanku dengan se-enaknya, begitulah hidup dirantau. Dari sekian banyak rumah rumah yang kujalani, suatu ketika aku dikejutkan oleh satu hal yang selama ini aku anggap sepele sebelum menyadari semua hal tentang rumah surgaku, aku mengangagap bahwa rumah adalah defenisi rumah yang se-adanya di kamus bahasa indonesia, namun satu hal ini menjawab defenisi rumah yang sebenarnya..,,
Hari itu sudah senja, aku sedang dalam perjalanan pulang ke kontrakan ku. Saat baru saja melangkah untuk memulai perjalanan pulang, teman ku mengajakku untuk menginap dirumahnya satu malam. Ini sudah kesekian kalinya aku dapat ajakan darinya untuk menginap di rumahnya, alasannya agar “ada teman” dirumah untuk satu malam saja, tapi aku selalu menolak, karna aku pikir itu hanya untuk kepentingannya saja. Namun kali ini berbeda, ia mengajakku ke rumahnya untuk menghabiskan waktu se-malam bersamaku dengan banyak bercerita, aku segera menyetujuinya karna kebetulan aku juga sedang bosan di kontrakan. Dalam perjalanan kerumahnya, Nia bercerita banyak hal padaku, yah namanya adalah nia, kami memang sangat akrab bahkan sangat dekat. Dua puluh lima menit perjalanan di jalan tol, akhirnya sampailah di perumahan elite yang terkenal di bogor dan sampailah kami dirumahnya. Ia turun dari mobil dan menarikku segera masuk ke dalam rumahnya,
“ayooo,, lelet amat sih lo”
“yailah, santai aja kali,,, pan gua juga lagi mau turun nih, eh pagarnya gimana nh? Kagak dikunci ama lo?”
“oh iyah,, bentar gue kunci dulu” nia berlari kecil dan segera mengunci pagar rumahnya.
“eh..rumah segede ini kagak ada pembantu apa? Kan repot kalo harus lo yang ngerjain sendiri”
“ini bukan rumah, ini istana,, hahhaha,, kagak,, gue manggil pembatu kalo lagi butuh aja” sahut nia begajulan.
Dia memang wanita cantik dengan sikap apa adanya, ternyata dia orang kaya berat. Tidak di sangka sangka dia adalah anak yang besar dengan keadaan yang serba ada.
“bengang, bengong aje lo.. ayo masuk”
“bokap ama nyokap lo mana?”
“bokap ama nyokap gue jarang pulang, punya rumah masing masing,, yah kayak yang difilm film gitu deh, punya pasangan masing masing, punya kesibukan masing masing, yah pokoknya gitu deh, gue ge pusing ngurusinnya”
“oh udah cerai,,?”
“pisang ranjang say, udah ah,, gue tuh ngajakin lo kerumah bukan mau ngurusin nyokap bokap gue, tapi mau seneng seneng... yuk ah..”
Malam itu kami banyak bercerita, banyak tertawa, banyak menagis. Kami menceritakan cerita kami masing masing, saling mengasyikkan dengan cerita cerita lucu masing masing, di akhir pembicaraan, aku menayakan satu hal yang membuatku penasaran..,
“bokap ama nyokap lo pisah ranjang kenapa?”
“yaelah,, nanyanya ke situ? Kenapa sih? Kan gue bilang jangan ngebahas nyokap bokap gue, bahas yang lain ah”
“ih.. gue penasaran”
“emang kenapa sih?”
“gue itu belum pernah berkunjung kerumah segede ini, dan ketemu anak orang kaya se-begajulan kayak lo,, makanya cerita”
“yaudah deh, tapi singkatnya aja yah...”
“iyah, yang penting cerita,, kenapa sih emang?
“nyokap bokap gue itu cuma bisa ngebangun rumah dan pondasinya, tapi untuk menjadikan rumah itu berarti buat gue dan ade gue mereka ga faham bahkan nga ngerti sama sekali,,”
“hah..,, tunggu dulu, lo punya ade? Ko gue ngak pernah liat dan ngak pernah tau kalo lo punya ade”
“yaiyalah... kan gue ngak pernah cerita kalo ade gue itu mati karna OD, dirumah ini dan dikamr dia sendiri ama pacarnya”
                Ternyata adiknya nia adalah anak laki laki satu satunya yang dilahirkan dikeluarga besar nia dan meninggal karna Over Dosis bersama dengan pacar laki lakinya dikamarnya sendiri. Adiknya adalah penyuka sesama jenis, dan pengkomsumsi akut narkoba. Kedua orangtuanya pisah ranjang setelah kematian adiknya dan kumpul kebo bersama pasangannya masing masing. Nia adalah wanita dewasa yang mandiri dan kuat, ayah dan ibunya jarang menjeguknya karna dianggap sudah dewasa dan bisa menyewa pembantu sesuka hatinya.
“penyebab utama ade gue OD dan homo bukan karna gue adalah anak konglomerat, tapi karna gue dan ade gue dilahirkan dari pasangan yang tidak bermoral”
“maksudnya...?”
“awalnya kita baik baik aja, tapi suatu ketika bokap gue pulang dengan membawa secarik kertas dengan pernyataan bahwa bokap gue diangkat jadi direksi utama dan sudah berpindah agama, bokap gue pindah agama karna dia diangkat sebagai direksi utama perusahaan itu. Awalnya nyokap gue nangis dan ngak mau terima, tapi setelah kejadian itu, nyokap gue biasa aja setelah rumah ini dipersembahkan oleh bokap gue ke nyokap. Gue masih kelas dua smp, gue masuk rumah ini serasa masuk istana, awalnya gue senang, namun setelah beberapa tahun kemudia, rumah ini kayak sebuah gua yang gelap dan bau buat gue”
“lhoo.. kenapa?”
“karna pondasi rumah ini dibagun dengan nafsu, bukan dengan damai. Setelah rumah ini ada, bokap gue jadi jarang pulang kerumah, seisi rumah tiba tiba jadi ateis, tidak tentu arah. Nyokap gue akhirnya ikut perkumpulan tante tante girang karna kesepian, ade gue ikut geng geng motor dan kenal narkoba, dan gue jadi cewe blangsatan yang ngerusak rumah tangga orang. Sejak saat itu, gue meridukan rumah gue yang dlu untuk mengubah hidup gue, dan sampe sekarang gue ngak pernah bisa balik lagi kerumah itu.”
“dan lo sekarang baik baik aja kan?”
“bukan Cuma rumah ini yang rusak, gue juga sama rusaknya, karna terlalu banyak kesalahan dan kekacauan yang membutakan mata hati gue, nyokap, bokap, dan ade gue”
Dan satu kalimat yang membuat ku tersadar dan tersanjung, hingga akhirnya aku menyadari bahwa rumah desaku adalah rumah surgaku,, ina berucap dengan sayu...”rumah bukan soal pondasi dan gedungnya, tapi suasana dan kedamaian yang terjadi didalamya, karna bukan bagaimana rumah itu terlihat, tapi bagaimana rumah itu membahagiakanmu”
Ternyata benar sekali, banyak sekali orang yang tidak bahagia untuk kembali kerumah-nya sendiri, dengan banyak penyebab..
“aku tidak ingin pulang kerumah, karna aku akan bertemu dengan orang yang telah menghianatiku selama berpuluh-puluh tahun”
“aku tidak ingin pulang kerumah, karna terlalu banyak amarah dirumahku”
“aku tidak ingin pulang kerumah, karna aku akan melihat ayahku sendiri terbaring tak berdaya dengan makian ibuku karna harus membersihkan kotoran ayahku”
Akhirnya mereka mencari tempat selain rumah yang sebenarnya dan menemukan kebahagiaan semu yang hanya akan sementara, karna rumah adalah surga tempat dimana kita berbahagia dengan penghuni surga yang lain dengan penuh kedamaian dan ke-ikhlasan”


Kamis, 18 April 2013

Sulit ku tebak

Bayangan itu semakin membebani ku, bahkan menjadi sangat nyata di dalam mimpi ku. Aku menyapa nya semakin aku tidak sanggup menertawakan sikap canggung ku menahan semua bayangan yang ada. Embun pagi menyelimuti keadan ku yang sangat menyakitkan, karna mimpi tadi yah tadi malam bahkan sampai tadi pagi, bahkan embun itu semakin berani menertawakan ku bukan lagi tersenyum malah terbahak melihatku tersiksa atas mimpi yang indah. Tidak mimpi itu yang kuharapkan, namun kenyataan nya,,, yah kenyataan nya. Mungkin aku sudah sangat pendusta, mendustai segala yang aku punya namun bukan kah aku harus menutupi keyakinan ku sendiri agar aku tidak di katakan kalah atas pertarungan ini? Aku mengenal nya tidak terlalu lama, tidak juga terlalu singkat namun aku belum mengerti siapa dia. Dia pria yang sangat sulit untuk di tebak, menebak saja sangat sulit apalagi meramalkan dan memastikannya,,,?? Celotehnya sangat aku sukai, memutarkan cerita agar selalu terdengar lucu dan menggelikan, tidak seperti pria yang lain, ada hal yang tidak ku dapati di dalam diri semua pria namun ada di dalam dirinya. Sangat lucu bukan? Yah,,, juga membingungkan..dan ia sangat sederhana. Yah, ia sangat sederhana. Sedikit banyaknya hanya itu yang bisa aku pahami dari dirinya. Kesederhanaanya tertera di pikiran ku saat kami akan menonton film kesukaan nya di sebuah bioskop sepulang menjemput ku mengujungi kotanya untuk bertemu teman lama dan tentunya bertemu dengannya. Ia membawakan payung berwarna kelabu embun pagi dan berbahan dasar plastik atau mungkin sejenisnya, payung yang memiliki tangkai panjang dan berkelok di ujung pegangannya, dengan sederhana ia menyatakan bahwa payung itu payung mahal. Aku terbahak mendengarnya dan hati ku tersenyum,, “kamu sangat sederhana”, membawakan payung sebesar itu dengan hujan yang tidak telalu lebat. Benar,,”kamu sederhana apa adanya” Kami sering bercerita, namun sekarang tidak terlalu sering bahkan jarang. Dia datang sesuka hatinya, sejika ia mau maka ia akan datang semudah yang aku kira namun di saat yang bersamaan dan berbeda ia akan hanya tenggelam dalam kenangan dan mimpi mimpi ku saja. Itu menyiksa ku, membuat embun pagi menertawakan ku,membuat rambutku bergulung di pagi hari hingga sampai sampai aku ingin mengguting gulungan rambut itu, membuat ku terlalu lama berada di kamar mandi, membuat aku terlalu diam jika teman teman ku menertawakan hal yang selalu kami tertawakan bersama, membuatku bingung melakukan hal apa untuk melupakannya, pria itu memang sangat sulit untuk di tebak. Kemarin aku bermimpi lagi, lagi lagi tentang dia,, apa tidak ada lagi pria yang lain yang bisa mengunjungi mimpi ku, aku merasa terkurung di alam nya maka aku harus memimpikan dia selalu. Sebenarnya apa hati ku yang ingin terus di sana memimpikan tentangnya, aku sangat tidak mengerti dan lagi lagi pria itu sudah sangat sulit untuk ku tebak. Saat itu aku sedang bermimpi, namun di saat aku mulai menyadari hal yang aku terima dalam mimpi ku adalah sikap yang berlebihan maka warasku mengatakan bahwa yang sedang terjadi adalah sebenarnya mimpi. Yahhh,, maka ternyata aku bangun dengan gelagak tawa para embun pagi yang menertawakan keceriaan ku di mimpi tadi dan kesedihanku di kenyataan yang akan ku jalani lagi,, huh,, ku harap mimpi itu tidak kembali dan akhirnya mimpi itu semakin kuat untuk kembali,, argghhh maka aku lelah dan tidak berharap apa apa lagi agar mimpi itu hilang maka semakin bertambah lah aku memimpikan dia,, dan akhirnya aku menyerah dan mandi,,maka aku pun bingung sendiri,, Mungkin ia menganggapku sebagai pendusta, tapi dengan dasar apa ia mengatakan nya. Apa aku mengakui hal yang salah sehingga aku terlihat sebagai seorang yang seringkali mendustai nya? Namun ia tidak pernah tampak untuk membicarakan hal itu, jadi apa yang harus aku lakukan untuk menerangkan keadaan ku yang sekarang? Apa??? Apa?? Apa?? Ada pria lain tentangnya yang jarang sekali aku mimpikan, namun aku sudah tidak lagi bersama dengan pria itu, maka pria itu mengharapkan ku untuk kembali padanya, namun aku sedang memimpikan pria lain dan bukan pria itu,, maka semua ini membingungkan sekali bagi ku. Di saat ini lah aku semakin menyerah dan tidak berharap bahwa pria yang sangat sulit ku tebak datang kembali padaku, karna sampai kapan pun jika ia tidak ingin kembali dan menerangkan dorongan kemunculannya yang tiba tiba dan hilangnya dia secara tiba tiba maka aku tidak akan memaksa kapan ia akan datang, aku hanya berharap agar semuanya terselesaikan dan aku dapat segera menebak nya, aku berharap semua ini segera cepat terselesaikan dan terjawab dan embun pagi tidak akan menertawakan ku karna kebingungan oleh sikap yang sulit ku tebak, namun embun akan menertawakan kita yang saling bisa mengerti dan dapat di tebak. Aku hanya ingin agar kebingungan ku akan sikap mu menjadikan rambut ku tidak bergulung lagi, tertawa sewajarnya saat teman ku menertawakan hal yang sering kami tertawakan bersama, tidak berlama lama di kamar mandi hingga teman ku tidak perlu mengatri untuk mendapat giliran mandi pagi, dan aku dapat melakukan hal yang akan aku sikapi karna aku dapat menebak mu. Teruntukmu kutuliskan agar kau dapat lebih mudah untuk ku tebak....:) Finny Mahdalena Simanjuntak

Senin, 08 Oktober 2012

Pria Setengah Baya


Kata mereka aku,,,,,, aku bodoh, tuli, idiot, semua nya yang merangkap yang mereka anggap bahwa aku tidak sebanding dengan mereka yang bijak.
Aku setidaknya masi memiliki kebebasan untuk menginjakkan kaki ku di mana saja. Tanpa beralaskan apa saja di kaki  ku,aku masih punya kebebasan yang sangat lebar sekali. Selama mengikuti aturan yang ada, kata mereka jangan ini,, jangan itu,,
Masih saja memerintahkan ku seperti lembu yang tidakbisa bekerja sendiri dengan otak nya, tapi aku masi punya pikiran untuk tidak merendahkan mereka yang tetap tidak mengerti siapa aku sebenarnya.
****
Malam ini rasanya masih saja kelabu,,tidak di temani oleh siapa pun!!
Yah,,masi saja!
*****
Malam selanjut nya aku pergi berjalan kaki melepaskan baju baju resmi untuk semalam saja. Aku melupakan segala pekerjaan pekerjaan kantor di dalam kamar ku, ku biarkan saja untuk satu malam.
Jalanan masih sangat basah setelah hujan tadi sore. Aku mengendap endap seperti kucing jalanan mencari makna dari malam ini.  Aku melirik sangat banyak pria di malam ini, apa ini hari yang banyak orang mengunjungi satu tempat untuk bersenang senang??
Tepat sekali,,,
Ternyata malam ini hari dimana para pria dan wanita menghabiskan semalam sepekan untuk bersenang senang, ini malam minggu,,.. astaga naga,,bodohnya pikiran ku sampai tidakdapat mencerna suasana di malam minggu hingga sangat sepi kurasakan,,
Aku duduk di pojokan kursi alun alun kota jalanan,,kuhirup dan kuhisap kesenangan para muda mudi yang sedang mabuk asmara,,
Aku masi saja sendiri di kursi ini,,masi dengan secangkir kopi yang kuhirup pelan dan berlahan,,
Hingga sesuatu mengejutkan pikiran ku,,
“apa kau sendiri??” pria setengah baya berada  dekat ku dan duduk tepat di samping ku. Ia membawa secangkir kopi juga,,hah,,persamaan yang kecil,,
“yah,,,”
“kau suka minum kopi?”
“yah,,”
“kau sangat pendiam sekali yah,,! Apa kau selalu sendiri ke tempat yang sama dan sering kau kunjungi?”
“okh...tidak juga, aku hanya igin sendiri saja untuk melewatkan malam ini,,”
“ini kan malam minggu,, kau tidak bersama satu pria atau wanita?”
“tidak,,aku tidak punya pacar,, mungkin itu yang mengangap mu aku selalu sendiri,,hahaha,,” aku tertawa kecil mencairkan suasana yang cukup membosankan menurut ku
“ohh,,maaf jika aku menyinggung mu,,aku tidak bermaksud.....,,”
“ohh,,tidak apa apa,,kau terlihat sangat canggung sekali..”
“hahha,,,aku memang agak membosankan”
“kalau kau mau,,kau bisa menceritakan hal yang menarik pada ku,,mungkin kita akan bisa saling tertarik nanti nya,,hahhahha,,,,kau setuju?”
“yahh,,,,ide bagus tentunya,,,setuju”
Kami saling bercerita hingga larut malam,, dengan ringan langkah kami berhenti di satu kafe untuk sekedar minum sedikit saja,, membiarkan sendi sendi tidak gaguk di telan dingin nya malam. Kami berbicang hingga larut malam dan bertemu pagi,, hingga ku temui aku di pelukannya di pagi hari,,
“ummhhh,,,,,apa sudah pagi??”
“hemmh,,yah,,,,” dia tersenyum kecil.. iya menatapku secara berlahan, mungkin sedang mengagumi ku untuk lebih dalam.
“kenapa???”
“kamu indah,,indah sekali”
“apa kau memandang semua nya semalam? Apa kau masi merekamnya dalam pikiran mu??”
“yah...,,,aku mengagumi mu”
“maaf aku harus pergi,,” aku beranjak dari kasur dan memandagi baju ku telah berserakandi atas lantai.. apa??apa yang sedang ku perbuat?? Aku tidur bersama pria yang baru ku kenal beberapa jam yang lalu,, dia sudah melihat semuanya,, apa ini?? Apa ini?? Aku sangat panik sekali..
“uussstthh...uuusthh..uuusstthh.. jangan terlalu terburu buru,,aku masih ingin memeluk mu,,”
“bangsattt!!!! Kau kira aku wanita jalang???!!!!”
“tidak,tidak,,tidaakkk,,” ia merangkul ku dengan lembut,,membiarkan wajah ku kutekuk di belakang kepala nya,,,
“uhukk,,hikss,,hiks,,hikss,,,”
“tenang lah,,semuanya akan baik baik saja,,. Kamu,, aku,, kita,,” ia membelai halus rambut ku,, berusaha menenangkan pikiran ku,
Entah apa yang di miliki pria ini,, ia sangat mahir menenangkan wanita pemarah seperti ku.
Aku menangis semenjadi jadinya di pundak nya, aku berusaha agar isakan ku tidak terlalu menggangu pikiranya nya,, tapi semakin ku tahan semakin aku tidak bisa menghentikan tangisan ku. 30 menit aku dirangkulnya dengan lembut,,tenang..
“aku jatuh cinta pada mu”
“apaa...? kau mengada ada,,”
“yah aku mengada ngada karna aku sangat mengagumi mu,, sangat bahkan”
“apa kau benar  benar bisa menyayangi gadis yang baru kau kenal beberapa waktu? Apa karna kau sudah bercinta dengan ku hingga kau bilang kau jatuh cintga pada ku?”
“mungkin iyah,,,oh,,,atau juga mungkin tidak”
“kau sangat mengagumkan yah”
“hahhahahahha...”
Perbincangan kami berakhir sungguh sangat sederhana,, setelah ia terbahak lebar aku memeluknya dan mencium nya dengan lembut. Di mulai saat itu aku mulai sering menjumpai nya sesering aku mencumbui nya.