Kamis, 21 Desember 2017

SELAMAT HARI IBU MA..,

“Selamat hari ibu ma..,”bisik ku lembut ke telinga ibu yang terbaring lemah di kasur ber-alaskan sprei hijau. Ibu tidak menjawab sama sekali, hanya bunyi jejak kaki para perawat rumah sakit yang lalu lalang sedari tadi ku dengar.

Ibu sudah terbaring sejak januari lalu di rumah sakit, ibu mengalami sakit parah yang membuatnya koma hingga saat ini. Sebelum nya kemarin lalu aku dan kakak berseteru mengenai keadaan ibu yang semakin hari semakin kritis. Kakak tidak sanggup lagi untuk membiayai biaya pengobatan ibu, sedangkan aku yang sebagai karyawan swasta hanya bisa bantu sekedar saja.
“tabungan ku sudah habis habisan untuk biaya ibu, sheila juga harus bayar uang sekolah bulan ini, sudah 4 bulan dia menunggak, kakak sudah tidak bisa bantu biaya ibu lagi, sekrng keputusan kamu bagaimana?” jelas kakak dengan nada tajam. Aku tertunduk diam karna sempat mencela ucapannya yang menurutnya ibu harus di bawa pulang dan di rawat di rumah saja agar biayanya ringan.
“kak, aku juga bingung untuk ambil tindakan, kalau ibu di bawa pulang kemungkinan ibu tidak akan bisa selamat, itu sama saja kita melakukan “suntik mati”pada ibu. Apa kakak tega? Buat ibu loh kak” jawabku sayu
“loh.. kita kan bukan suntik mati, suntik mati artinya kita suruh dokter atau tim medis suntik mati mama. Ini kan kita bawa ke rumah,soal persoalan nanti terserah. Kita urus di rumah,” jawab kakak masih bernada tinggi.

Aku masih bingung dan terdiam, kakak juga tidak akan tega melakukan hal keji untuk mama. Dia hanya sangat bingung sekali untuk menghadapi keadaan sekarang. Kakak punya keluarga yang harus di beri biaya hidup, sedangkn aku hanya punya penghasilan pas2an saja. Aku hanya bisa memandangi ibu yang masih terbaring lemah.
Hari ini aku minta cuti ke kantor khusus untuk menemani ibu seharian di rumah sakit. Memang sudah ku rencanakan dari hari hari sebelumnya. Sebelum aku ke rumah sakit, tadi pagi subuh sekali aku memasak “ubi rebus goreng” kesukaan ibu. Teringat lah aku awal mula ku suguhkan ubi rebus gorengku pada ibu. Ini merupakan makan kesukaan ibu, dan katanya Cuma racikan ku saja yang membuat makanan kesukaan nya itu pas mantap di lidahnya.
“mah,cobain buatan ku. Kalo kurang enak, maklum yah ma, ade masih baru belajar” kata ku santai
“ enak de, belajar dri mana? Mama doyan nih,” sejak saat itu aku sering dimintai untuk memasak ubi rebus goreng buatan ku untuk cemilan nya sejenak.
Dan tiba tiba suara dokter mengejutkan ku dri agan ku tentang mama. “wah wangi sekali pak, bawa apa nih pagi pagi buat ibu?” tanya dokter kepadaku. “ubi goreng dok” jawabku singkat. Memang setiap pagi dokter akan selalu cek perkembangan ibu, namun hari ini aku tidak ingin menanyakan keadaan ibu. Aku hanya ingin bahagia bersama ibu, biar besok besok saja aku tanyakan perkembangan ibu. Setelah dokter berlalu,ku lanjutkan kembali mengenang peristiwa peristiwa penting tentang ibu.

Pernah sekali aku ikut lomba di sekolah. Seminggu sebelumnya aku sudah ingatkan ibu perihal lomba tersebut. Nah pagi subuh sekali aku sudah berangkat ke sekolah untuk persiapan lomba, saat itu ibu masih tertidur lelap, dalam hatiku tidak perlu di ingatkan lagi ke ibu, kan kemaren sudah di ingatkan pikirku sejenak. Menjelang lomba di mulai aku melirik kanan kiri,namun kehadiran ibu tidak ada. Aku jadi sedih dan marah. Ini kan hari penting untuk ku, masa ibu tidak ingat sih? Masa ibu tega sih? Masa ibu tidak peduli sih? Semua pikiran itu berputar di otakku, singkat cerita aku kalah dalam perlombaan tersebut. Sesampai di rumah aku kesal dan marah pada ibu, ku lihat ibu sedang memasak dengan rambut acak acakan, ibu menyapaku dan ku jawab dengan ketus.
“nak udah pulang? Kok cepat pulangnya? Kok tumben nak?” tanya ibu ramah.
“hari ini aku ikut lomba,tega amat mama ngak datang buat ngeliat ade lomba. Karna mama ade jadi kalah. Ade jadi ngak fokus. Ade jadi ngak semangat. Minggu lalu kan ade udh kasih tau mama, tega mama lupa gitu aja. Semua teman2 ade orang tuanya datang, semua pada ngeliatin anaknya lomba, Cuma mama yang ngak dateng, Cuma mama yang ngak peduli sama anaknya yang lagi lomba” jawabku ketus dan marah
Sejenak keadaan berubah hening dan sepi. Tiba tiba aku mendengar ibu tersendu sendu di dapur, ibu menangis sedih mendengar perkataan ku. Aku tersentak dan merasa sangat bersalah. Mampunya aku berkata kasar pada ibu hanya karna hal sepele seperti itu. Buru buru aku ke dapur dan kuliat ibu terduduk menangis,ku rangkul ibu dan meminta maaf,
“ bu, ade minta maaf, ade jahat sama ibu. Ade udah nyakitin hati ibu,maapin ade yah bu, ade kesal jadi hilang kendali,maapin ade bu” sahutku lembut sambil memeluk ibu
“ nak, ibu lupa hari ini kamu ada lomba. Ibu Cuma ingat hari ini kamu bagi rapot. Makanya ibu masak ayam goreng kesukaan kamu. Ibu yakin anak ibu pasti dapat rangking di sekolah, jadi ibu masakin makanan kesukaan kamu. Maapin ibu nak, ibu lupa”
Ternyata ibu terbalik mengigat tanggal. Setelah aku mengecek kalender yang tergantung di kamar ibu aku melihat ada bulatan kecil tertanda tulisan ibu. Tanggal 12 (ade bagi rapot sekolah), tanggal 21 (ade lomba di sekolah). Hari ini tanggal 12 dimana aku ikut lomba dan tanggal 21 waktunya bagi rapor sekolah. Mungkin karena ibu terburu buru, akhirnya ibu terbalik menandai tanggal. Karena tanggal 12 dan tanggal 21 bulan ini adalah hari penting untukku. Sejenak aku menangis dan menitik kan air mata. Ibu berusaha menyenagkan ku, kenapa aku tidak pernah bisa menyadari nya.
Banyak cerita tentang perjuangan ibu.

Ibu pernah terbangun di siang hari dan membentakku “de, kok malah masih nonton sih? Udah siang nih, buruan mandi, nanti telat ke sekolah” padahal itu sudah jam 4 sore. Ibu mengira dia terlambat bangun, dan kesiangan untuk membangun kan aku ke sekolah. Ibu cepat2 bergegas, menggulung rambut, menggeprek bawang putih untuk membuatkan ku nasi goreng. “ibu, tadi kan ade udh sekolah, ibu ngigau nih, ini kan udh jam 4 bu, hahahaha” aku terbahak melihat wajah ibu yang melongo terdiam keheranan.

Ibu pernah terserempet sepeda motor, karna menghindari jalanku dari parit jalanan.

Ibu pernah silap membawa belajaan orang karena membujukku terlebih dahulu dari tangisan ku karna tidak mau baju warna hitam, aku mau nya warna biru, akhirnya ibu mengambil baju pesanan orng yang sudah di pesan, dan ibu tidak tau, akhirnya ibu kena marah sama sales bajunya. “ibu jangan main ambil sembarangan, ini baju nya udh di pesen sama ibu yang sebelah sana” dan ibu hanya bisa terdiam membisu.

Ibu pernah ini...
Ibu pernah itu..
Ibu pernah begini..
Ibu pernah begitu...
Ibu rela begini, begitu
Banyak hal. Dan yang terpenting ibu selalu berjuang untuk kami anak anaknya.
Apa semua ibu akan melakukan apa saja untuk memperjuangkan anaknya? Apa semua seperti itu? Apa kebanyakan seperti itu? Apa ibu ku sama seperti ibu ibu yang lain?

Ada ibu yang harus mencuri cabe yang seharusnya menjadi hasil panen orang lain hanya untuk membeli anaknya seragam sekolah.

Ada ibu yang harus menjadi seorang PSK hanya untuk menghidupi anak anaknya.

Ada ibu yang harus copet untuk memenuhi kebutuhan anak anaknya
Banyak hal lagi, tapi apa mereka salah? Cara mereka salah, namun naluri mereka untuk memperjuangkan anak anaknya adalah hal yang luar biasa harus kita hargai.

Terlepas dari semua itu, aku masih melihat ibu terbujur lemas di kasur rumah sakit. Dalam hati aku berdoa semoga aku di kuatkan untuk memperjuangkan ibu tetap berada di rumah sakit. Aku diberi rezeki bertambah tambah untuk membiayai pengobatan ibu.

“Ibu, kembalilah pada kami. Aku dan kakak, juga menantu serta cucu mu. Kumohon ibu kembalilah. Siapa pun tidak bisa menggantikan ibu, tidak mungkin aku meminta untuk di lahirkan di rahim yang berbeda, aku hanya punya kesempat memiliki satu ibu seumur hidup ku, sebelum aku menyenangkan mu, ku mohon kembalilah ibu. Mungkin jarang sekali ibu mengeluh tentang sikap ku, ketidak pedulian ku, engkau hiraukan itu semua hanya untuk melihat sisi baik ku. Kumohon ibu kembali lah,aku rindu omelan ibu,aku rindu rangkulan ibu, aku rindu masakan ibu, aku rindu cerita ibu saat di telfon, aku rindu suara lirih ibu saat aku harus menelpon ibu tengah malam, aku rindu nasihat ibu, aku rindu ibu menyebut nama ku di doamu, aku rindu segala hal tentang ibu”

Aku menangis dan menangis menaantikan ibu terbangun dari tidurnya yang sudah sangat panjang. Aku melirik ke belakang ku ternyata kakak sudah berdiri sedari tadi di sana saat aku merengek agar ibu bangun dri koma nya. Kakak juga menangis dan memeluk ku. Kami bersama sama menggenggam tangan ibu. Kami akan terus berusaha dan berharap ibu akan kembali kepada kami sebelum ibu pergi ke pemiliknya yang sesungguhnya. Kami yakin kami akan bisa melalui masa sulit ini. Kami akan tetap memperjuangkan ibu di rumah sakit tanpa harus memikirkan biaya apapun. Kami yakin kami akan punya banyak rezeki karna kami hanya ingin berniat baik dan mengharapkan yang baik.
SELAMAT HARI IBU MA..
TERUNTUK MAMA TERSAYANG, IBU MERTUA, EDA EDA, SERTA SEMUA IBU IBU HEBAT YANG SUDAH MENJADI IBU YANG LUAR BIASA BAGI ANAK ANAKNYA. JANGAN PERNAH MENYERAH DENGAN KEADAAN APAPUN, KARENA KITA ADALAH SEORANG IBU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar